MENU TAB

27 Des 2013

Diawali Seragam Putih Biru

Awalnya saya mengenakan mahkota kain ini sejak duduk dibangku SMP. Jilbab katun segi empat berwarna putih dengan bordiran bunga di sekelilingnya menjadi jilbab (sekarang lebih dikenal dengan istilah hijab) pertama saya. Masih teringat dengan jelas di ingatan saya, sebelum berangkat ke sekolah esok paginya, saya sudah sibuk ria setrika jilbab setiap malam dengan harapan esok saya sukses memakai jilbab dengan rapi. Saya menghabiskan waktu 15 menit di depan cermin untuk bisa memutuskan hasil lipatan jilbab yang terakhir merupakan gaya yang menurut saya ‘the best’ dan rapi waktu itu. Waktu yang cukup singkat buat saya yang newbie dan waktu yang lama dan bahkan berlebihan jika dibandingkan anak SMP zaman sekarang. Keputusan untuk akhirnya memakai jilbab berdasarkan saran dari kakak tertua saya sendiri. Kakak menyarankan agar saya memakai jilbab jika ingin melanjutkan sekolah di tingkat SMP atau jika tidak memilih untuk masuk sekolah tsanawiyah saja yang memiliki kewajiban untuk mengenakan jilbab ke sekolah. Saran itu juga didukung oleh ibu dan bapak. Sebagai anak yang gak neko-neko, saya fine2 aja untuk mengenakan jilbab ke sekolah meskipun seminggu sebelum ibu membeli seragam sekolah, terkadang ajakan teman untuk tidak mengenakan jilbab juga mengusik dan menarik hati. Pakai pita rambut warna warni, model rambut yang berbeda setiap harinya, atau sekedar diurai menjadi sebuah ke-seru-an dan kebiasaan saya sejak TK. Dan sejak hari pertama masuk sekolah kelas 7, jilbab menjadi bagian penting dalam keseharian saya. Alhamdulillaah.. sekarang hanya butuh 1-3 menit untuk mengenakan jilbab rapi. Memang benar pepatah yang menyebutkan, ala bisa karna biasa. Di kelas 11 saya diberi hidayah bahwa mengenakan jilbab merupakan suatu kewajiban bagi perempuan yang sudah mengalami menstruasi. Seiring waktu mendewasakan, jilbab bukan hanya sebuah kewajiban tetapi juga menjadi kebutuhan bagi setiap perempuan islam untuk menjadi pelindung yang memberi banyak keuntungan yang tidak hanya bagi kaum perempuan itu sendiri. 

Desi Namora Bogor

5 komentar:

  1. ternyata peranan kakak tertua cukup penting dalam mengawali kisah hijab pertama ya...keluarga yang mendukung memang selalu jadi kunci utama untuk membawa kita ke arah yg lebih baik, alhamdulillah :)

    BalasHapus
  2. alhamdulillaahh dianugerahi hidayah dari seorang kakak :)

    BalasHapus
  3. hehehe, saya belum berhijab mbak..doakan saya segera menyusul ya :)

    BalasHapus
  4. Aamiin.. hayuuk mba titis, mari segera berhijab :)

    BalasHapus