Kala itu aku masih duduk di bangku SD, dimana aku masih belum mengerti sepenuhnya mengenai kewajiban muslimah untuk berhijab, pula dimana masa itu aku lebih mempedulikan penampilan nan keindahan helai tiap helai rambut hitamku untuk dipamerkan ke setiap sudut publik. Ketidakacuhanku pada hijab semakin menjadi hingga aku duduk di bangku SMP, sebab kala itu aku masih belum menyadari arti cantik sesungguhnya. Saat itu aku masih menaruh konsep bahwa perempuan itu sangat amat cantik jika rambut sebagai mahkota wanita diperlihatkan ke setiap pasang mata yang memandang. Hingga pada akhirnya, seseorang menghampiriku dan menyuruhku untuk berdiri di depan cermin dan mulai menghitung helai demi helai rambut di kepalaku dengan jemariku. Detik demi detik terus bergulir hingga aku memilih untuk angkat tangan. Seseorang itu kembali bertanya, "Sudah berapa helai rambutkah yang telah kau hitung?" Kemudian aku menjawab, "Ada jutaan atau mungkin miliyaran rambut di kepalaku. Aku lelah dan tidak sanggup menghitung rambut yang sebanyak itu." Seseorang itu membalasku dengan senyuman lembutnya, lalu ia kembali melontarkan sebuah pertanyaan kepadaku, “Sanggupkah kamu menampung dosa sebanyak rambut di kepalamu? Berhijablah." Sementara aku hanya terdiam dan merenungkan diri. Maka sejak saat itu, aku mulai berupaya untuk berhijab meskipun pula harus melawan segala godaan setan di sekitarku.
kiriman Fairuz Syifa Bekasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar