MENU TAB

27 Des 2013

HIJABAN?? WANI PIRO?

Bismillah,

Mulai berhijab?
Tik. Tok. Mikir.
TK? Setiap hari jumat emang kewajiban pakai jilbab. Tapi, zz. *This cant called my first hijab moment.
SD? Jeng jeng dredeg. Hari istimewa itu datang padaku. Wiyuuuh, bener its the true time to called i’m a really women.
Intermezo. Dulu zaman kelas 6 SD. Sepulang sekolah langsung cuss ke tempat les-lesan. Gak jauh dari sekolah guruku berada. Lebih tepatnya, beliau mantan tetanggaku dulu. Pulang sekolah kan jam dua, tuh. Pastinya shalat ashar di rumah guru les. Nah, kebetulan juga hari istimewa datang padaku hari itu. Jadi, berhalangan shalat.
Guru, “Nurul, enggak shalat?”
Aku, “eh, ndak mbak..”
Guru, “Nurul, mens?”
-nyengir
Sambil beresin buku, ngelirik-ngelirik ke arahku, “Di rumah ada siapa, Ruuul??” Menekankan suara.
“Iyaaaa mbaaaaak!!!”
Tetooot. Aje gile. Saat itu pula, sista-sista. Pulang les. Di jalan. Nunggu bemo. Di bemo. Mikir. Mikir. Mikir. Gimana caranya pulang ke rumah. Pakai jilbab. Enggak pakai diketawain ibuk, bapak, dan si mas-mas yang bukan mahramku alias pegawai bapak ibukku yang domisilinya di sebelah kamarku.
19.00 WIB, persiapan makan malam.
Keluar dari kamar. Dan. Daan. Daaan. Muka bapak, ibuk, dan mas-mas yang menyeramkan itu, menatapku dengan tatapan yang amat-amat B-I-A-S-A dan dengan sikap yang teramat S-T-A-N-D-A-R-D. So, mondar-mandir nonton tv, ambil ini itu. Enggak ada tuh pertanyaan aneh nyemperin. Seiring berjalannya waktu, mas-mas juga tahu aku sudah menjadi ‘The Real Women’. Tapi, keselnya, masih saja dicipika cipiki kaya anak TK. Please, mau SMP, coy. Masalah bapak dan ibuk, toh mereka udah tahu aku begini ya karena lesnya di mbak mantan tetanggaku dulu. Yang tulen abis agamanya. Dan, seiring berjalannya waktu juga, tempat les berganti menjadi tempat mengais ilmu agama. Dari sono, aku enggak hanya nemuin hijab yang pasukannya cuma jilbab. Tapi, juga rok broo. Sumpah, emang awal itu berasa berat melakoni. Tapi, yang namanya syariat dan dijalankan dengan rutin akan menjadi indah dan terasa biasa saja. Dan, sensasi pakai rok itu, broo. Cara jalanku berubah memperagakan layaknya the real women! Kayak di cat walk itu, tau enggak? Kucing jalan. *Eh. Enggaklah lebih anggun, Gan!
So. Pasti pertanyaannya sekarang, terus apa keuntungan lo buat pake hijab yang banyaaak banget (katanya) aturannya dalam agama. Please, buat sista-sista. Ngerasa enggak sih kita adalah perhiasan. Jalan kaki pulang sekolah, kuliah, kerja, naik ontel, naik sepeda motor, ada saja yang bilang, “Assalamualaikum.. swiiit”. *Eaa
Pingin nampang, terlihat genit, cu-te, manis, geol. Itu wajar. Tapi, ada waktu dan tempatnya, sista. Allah udah ngasi sesinya kok. Kapan? Pas udah ketemu sama suami. *Ajegile, kapan ya?* Stop thinking that.
Buat yang berniat berhijab, sok atuh. Ada 5 manfaat yang aku kutip dari novel “Ketika Mas Gagah Pergi ... dan Kembali”. Ini dia, cekibrot.
Musim pancaroba kaya gini, pas banget hijab bisa melindungi kita dari musim virus flu. Virus disuit-suitin mempan juga, tuh! Kalau masih ada yang ngasi salam. Enggak masalah. Tandanya mereka sedang mendoakan kita. Kedua, dengan berhijab, kita tidak dinilai dari fisiknya, kurus gendut, tidak dilihat dari betisnya, tapi kemampuan kita broo, kecerdasan, plus kebaikan hati. Ketiga, dengan berhijab, kita akan merasa lebih merdeka. Coba bayangin, yang masih pakai rok mini, ribet kan nutupin auratnya sana-sini. Nah, yang keempat ini nih. Secara tidak langsung, kita yang menyeleksi calon suami. Orang yang dasar agamanya kurang kuat, coba. Berani enggak ngelamar kita? Terakhir, dengan berhijab tidak menghalangi untuk maju terus dalam kebaikan.
Berhijab emang bukan indikator keimanan. Yang belum mampu sepenuhnya, lakuin semampu diri kita menjangkau. Ada celetukan, “Hati dulu yang dijilbabin”. Sista, hati itu urusan Allah, tugas kita sista, cuma beramal dengan ikhlas.
Jadi, coy, eh sista. Gimanaaa, berniat berhijab???
Oia. Ada lagi nih tips buat sista yang pengen aktif jingkrak-jingkrak tapi tetap syar’i dalam berhijab. Pertama, pakai bahan yang enteng. Kepala nih uda butek sama namanya tugas sekolah, kuliah, kerja. Jadi, enggak usah tuh yang dikasih bulet-bulet di kepala, di kondein, di cepolin. Kasihan kan entar kalo banyak gerak. Senggol dikit. Kena kepala orang. Ngajak bacok-bacokan. Ato disenggol. Jatuh. Terus pingsan. Ato ada yang bilang dibuletin sampai kecekek. Aduh banyak risikonya, sista. Kedua, no transparant. Kebayang enggak, pakai jilbab yang transparan. Teman di belakang bilang, “Eh, rambut kamu kriting ya?” Buseet. Kebongkar udah rahasia kita selama ini. Ketiga, pakai bawahan longgar. Kalo perlu nih, kenalan sama namanya rok. Masih mau, perhiasan yang dipersiapkan cuma buat suami terlihat sama orang lain? Tidaaaak. Jdar Jdar.

Oke-oke terima kasih. Maaf banyak ‘ngecepretnya’ biasa orang Surabaya. Apalagi MABA kaya saya, banyak sotoynya. Hehe, salam kenal Nurul Ika Fidayatul Umy. Cukup panggil Nurul :-))



kiriman Nurul Ika Fidayatul Umy Surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar