My first Hijab Moment
Vidya Alvionita, itulah nama yang diberikan oleh kedua orang tuaku. Aku adalah Anak kesayangan Papa. Papa sering memanjakanku dan membelikan berbagai hal yang ku inginkan. Papa sangat menginginkan seorang anak lelaki, mungkin karena inilah Papaku membiarkanku tumbuh dengan tomboi. Sewaktu kecil Papa selalu membelikan barang yang bernuansa anak laki-laki untuk ku. Baju bergambar power ranger, sepatu model anak laki-laki, robot-robotan, bahkan tembakan-tembakan.
Sikap tomboi ku ternyata tidak hanya terlihat dari fashion yang aku kenakan, dalam hal pertemananpun aku selalu berteman dengan anak laki-laki .Aku sering bermain kelereng, bola kaki, bahkan aku sering menjahili temanku dikelas.
Ketika SMP sikap tomboiku masih terlihat, akan tetapi sudah sedikit berkurang. Hal ini mungkin karena aku sudah memasuki yang namanya masa pubertas. Dimasa SMP Mama mulai membatasi gerak gerikku yang berbau permainan laki-laki. Mama mulai membelikan pakaian ataupun barang-barang yang bergenre perempuan. Dan Papa, dilarang protes.
SMA, aku memutuskan masuk ke sekolah yang memiliki asrama. Disinilah aku menemukan titik terang pencarianku selama ini. Di SMAku, SMA N 3 Painan, kami diajarkan nilai-nilai moral dan karakter yang berlandaskan islami. Aku diajarkan bahwa seorang perempuan harus bersikap layaknya seorang perempuan. Tidak hanya sekedar perempuan, tetapi perempuan yang islami. Disini aku diajarkan bagaimana menjadi seorang perempuan solehah.
Aku diajarkan bagaimana berhijab, menutup aurat dan berprilaku islami. Ternyata hijab disini bukannya hanya sekedar melilitkan jilbab dikepala, akan tetapi bagaimana membatasi diri dan menutup aurat kita dengan syair i. Aku diajarkan bahwa aurat seorang wanita dalah seluruh tubuh, kecuali muka dan telapak tangan. Dan ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengenakan jilbab. Pertama, jilbab yang kita kenakan tidak boleh ketat, tipis, ataupun membentuk struktur kepala kita. Kedua, jilbab yang kita kenakan tidak boleh glamor, heboh ataupun mencolok. Dan Ketiga, jilbab yang kita gunakan harus menutup dada. Subhanallah, begitu indahnya Islam. Sejak saat itulah aku mulai mengenakan hijab dan memperbaiki diriku sesuai dengan syar’i dan menjadi seorang perempuan yang sesungguhnya .
kiriman Vidya Alvionita kabupaten pesisir selatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar